Assalamu'alaikum Sobat Yay!
Kesempatan kali ini ane mau review film Buya Hamka Vol. 1 yang baru banget tayang di Bioskop edisi yang kental banget ceritaiin kemistrinya Buya dan Istrinya yaitu Siti Raham.
Film Buya Hamka garapan Fajar Bustomi ini masuk dalam kategori film biopik atau istilahnya film yang menceritakan tentang perjalanan seseorang dengan kabar biaya produksi yang fantastis sebanyak Rp 70 Miliar. Waw! ini banyak banget karena waktu pengerjaannya dari 9 tahun lalu. Kita doain sama-sama semga balik modal dan pesannya sampai.
Nah sebelum masuk reviewnya kita kenalan dulu sama tokoh utama dari Film Buya Hamka. Ada Buya Hamka sendiri yang ternyata nama aslinya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang diperankan oleh Vino G. Bastian dan Istrinya yaitu Siti Raham yang diperankan Laudya Chintya Bella. Untuk peran keduanya gak usah diragukan lagi. Ciamik! walaupun ada komenan dari orang minang asli kalau pengucapan Vino masih terasa kurang minang dikit. Sisanya cari sendiri di referensi lain ya hehe
Pada Film Buya Hamka Vol. 1 ini rasanya sepanjang adegan terjadi dengan lambat dan alurnya lompat-lompat dari tahun ke tahunnya tanpa ada benang merahnya. Tapi cukup membuat penonton paham akan perjalanan seorang Buya Hamka yang dikenal sebagai ulama, wartawan, dan pejuang kemerdekaan.
Selama durasi tayang Vol. 1 ini Buya Hamka banyak berinteraksi dengan Istrinya, gombalan maut juga sering keluar dan cocok banget kayaknya ditonton untuk pasangan suami istri wkwk. Tapi banyak juga quote bagus yang bisajadi sering kita dengar dan kembali dihidupkan dalam filmnya. Oh iya quotenya terakhiran aja ya disini ane mau highlight interaksi Buya Hamka dan Siti Raham.
Langsung aja ya berikut inilah yang ane coba tangkap jadi istri sekelas Siti Raham.
1. Istri yang memberikan masukan
Siti Raham mengingatkan lewat adegan awal-awal film dimana bahwa tugas istri salah satunya memberikan masukan yang masuk akal, memberikan pertimbangan dengan mengingatkan visi misi dimana tujuan sang suami dalam hidupnya adalah berdakwah dan Siti Raham mendukung penuh akan hal itu.
Bukti dukungannya disampaikan lewat bujukan Siti Raham untuk Buya Hamka mengambil kesempatan baru menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat walaupun dalam hal ini mereka berdua harus LDM, gaji lebih kecil dan memang pertimbangannya lagi-lagi soal dakwah yang lebih luas. Ih keren banget ya keluasan hatinya!.
Korelasi dari ini semua katanya denger-denger sih memang didalam pernikahan diisi dengan saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Ya semua dilakukan untuk kelak sekeluarga bisa terhindar dari api neraka dan kembali berkumpul dalam SurgaNya. Cmiiw
Lalu ada juga nih yang bilang kalau jadi Istri itu ibaratnya rem kendaraan yang dimana maksudnya seharusnya istri memang menjadi 'penyelamat' dari keputusan yang biasanya suami ambil tanpa mempertimbangkan yang lainnya. Jadi remnya jangan blong ya wkwk tambahan, mama juga waktu itu pernah bilang kuncinya pernikahan itu ada di istrinya "Orang dulu pernikahan bisa langgeng2 aja karena istrinya gak gampang minta cerai sehebat apapun badai masalahnya termasuk urusan *perselingkuhan yakali? ". Jadi baek-baek ya jadi istri dan baekbaek juga jadi suami jangan sampe macem Viraun! Huft
2. Istri yang tulus
Ketulusan Siti Raham dalam menemani, melayani dan mendukung Buya Hamka tercermin dari seringnya adegan Siti Raham memberikan kopi saat Buya Hamka bekerja di rumah.
Entah ya berapa banyak adegan ini ada tapi seolah ada pesan yang disampaikan bahwa Siti Raham bergitu tulus membuatkan kopi walaupun dirinya tidak dilirik sama sekali! jangankan bilang makasih, dilirikpun tidak. Mengsad! tapi ya Siti Raham bisa punya sikap biasa aja karena paham. Bayangin kalau gak paham ? bakalan jadi drama indo*iar sih wkwk. Azab suami tidak bilang makasih HHAHA
Ane mau underline bagian Paham. Pernah lewat di fyp nih soal penelitian yang dilakukan Mark Manson persoal kunci hubungan pernikahan langgeng yang dimana dugaan sementaranya adalah komunikasi.
Kemudian hasilnya benar komunikasi juga jadi salah satu kuncinya tapi yang paling utama ternyata respect atau rasa hormat. Rasa dimana sepasang ini punya rasa saling menghargai dan mencoba untuk saling memahami. #Asek bismillah 2024 wkwk *pemilu?.
3. Istri yang tabah
Bagian ini terliat dari peristiwa meninggalnya anak Buya Hamka yang ke-2 ketika Buya sedang bekerja di Medan sedang keluarganya di Padang. Kabar meninggalnya seharunya membuat Buya Hamka pulang tetapi justru memilih untuk tetap di Medan karena mempertimbangkan malemnya harus mengawasi majalah yang mau naik cetak sedang kalau tetap dipaksakan pulang jasad anaknya pasti sudah dikuburkan.
Bayangin itu jaman belum ada WA yang bisa video call-an, belum ada hp yang bisa telponan untuk sekedar saling menguatkan "Ayang yang sabar yang tabah, anak hanya titipan..endeel". Bener-bener cuman Allah satu-satunya sandaran untuk kedua insan yang saling kehilangan.
Setelah entah berapa lama barulah Buya Hamka pulang dan disambut istrinya dengan tenang tanpa marah-marah kenapa baru datang. #ane sih gak jamin bisa setabah ini kalau diposisi Siti Raham hiks.
Ketabahan lain diperlihatkan ketika Buya menerbitkan karya-karya romannya lewat surat kabar yang kalau bukan Siti Raham pasti cemburu dengan banyak tanya "dapet inspirasinya dari mana, dari siapa, itu tokoh ada versi benerannya atau enggak dan lain-lain"#ini gambaran ane sih kayaknya wkwk. Tapi Siti Raham gak ambil pusing soal itu.
Lainnya ketika Buya disebut antek Jepang dan akhirnya pindah semuanya ke Padang Panjang, lalu disana memulai kehidupan baru dimana Buya menjadi penceramah tanpa bayaran. Sehingga Istrinya harus menjual semua emas tanpa sepengetahuan Buya untuk membantu menyambung kehidupan.
Ane juga pernah denger nih, kalau kondisinya saat mau menikah perekonomian lagi bagus laki-laki siapkan mahar yang besar tapi dengan catatan tetap tidak memberatkan, karena kabarnya itu akan jadi cadangan kalau-kalau nanti keuangan lagi gak baik-baik aja kedepan.
Memang sih mahar punya Istri sepenuhnya tapi kalau keadaan benar-benar terdesak, ya macem Siti Raham gak menutup kemungkinan semua istri bakalan lakuin hal yang sama dengan jual semua harta karun kesayangan demi yang tersayang. Hihiw!
Udah deh tiga aja, segini aja beban. Ets bukan beban maksudnya motivasi menjadi Istri yang baik sekelas Siti Raham. hehe
Walaupun dalam hati bergejolak pertanyaan kelak bisa gak ya jadi istri yang semenengkan itu? bisa gak ya jadi istri yang kasih masukan yang tepat ? bisa gak ya jadi istri yang tabah dan sabar ? bisa gak ya jadi istri yang tulus ? tapi pertanyaan lainnya bisa gak ya dapet suami mirip2 Buya Hamka ? yang cukup satu istrinya, yang selalu berusaha buat seneng istrinya, yang lembut tutur katanya, yang sayang keluarganya, yang sabar ngadepin istrinya, yang menerima kritik dan saran. Hua takut! tapi bismillah pasti Allah kasih jalan terbaik untuk hambaNya! jangan lupa untuk amalin doa ini ya di setiap selesai sholat,
Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yun, waja’alna lil muttaqina imama.
Artinya:
"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa."
Bonus quotes Film Buya Hamka,
"Tidak ada kata seandanya, Allah SWT telah memberikan jalan terbaik buat kita semua"
"Sehebat apapun manusia, akhirnya menyerah juga pada usia."
"Bahasa dakwah tidak selalu harus disampakan melalui ceramah atau pidato di surai atau masjid. Melalui roman yang indah memikat hati, dakwah pasti akan jauh lebih mengena"
"Salah satu pekerjaan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pemikiran cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah"
"Jika hidup sekedar hidup, babi dihutan juga hidup. Jika kerja sekedar kerja, kera juga bekerja."
Akhir kata. Mohon maaf yang belum nonton jadi spoiler dibeberapa adegan, semoga tetep semangat nonton sebagai bentuk dukungan film-film yang menghidupkan tokoh panutan sekaligus ngasih makan untuk ruhiyah kita semua lewat kalimat-kalimat pengingatnya. Semoga bermanfaat :')
COMMENTS